Silakan Anda mencari info lain dari sini ...

Berbakti kepada Negeri, Berkarya bagi Semua

Berbakti kepada Negeri,  Berkarya  bagi Semua

Sabtu, 28 Agustus 2010

Metode Ilmiah dan Langkah-langkah Penelitian

(Materi Baru untuk Pelajaran Biologi Kelas XII Semester 1)
Oleh: Udin Supriatna, S. Pd

1. Pengertian Metode Ilmiah.
Istilah Metode Ilmiah tersusun oleh dua kata, yaitu kata Metode (Method) dan kata Ilmiah (Scientific). Metode adalah tata cara atau aturan yang disusun secara sistematis dalam melakukan sesuatu. Pada suatu metode dirinci langkah-langkah kerja, urutan pekerjaan atau tahap-tahap tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan. Ilmiah adalah kata lain dari bersifat keilmuan (kata sifat), artinya sesuatu yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan yang sudah ada serta disepakati kebenarannya. Atau dengan kata lain, sesuatu yang bukan berupa pendapat saja, mimpi, atau khayalan yang keberadaannya tidak dapat diukur oleh alat ukur dan dikaji oleh akal pikiran (nalar, logika).
Dengan demikian, Metode Ilmiah merupakan serangkaian cara kerja yang sistematis (runtut, bertahap) yang sesuai dengan ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta terciptanya peralatan sederhana hingga peralatan berteknologi canggih pada dasarnya terbentuk dari adanya penerapan metode ilmiah yang dilakukan oleh para penggagas (pemberi ide) dan pembuat peralatan tersebut. Demikian pula terpecahkannya suatu ”misteri”, teka-teki atau sesuatu yang tidak jelas diketahui oleh seseorang akan dapat menjadi jelas ketika ”misteri” tersebut diselidiki dengan menggunakan metode ilmiah tersebut,
Dalam penerapannya, metode ilmiah tersusun oleh karena adanya serangkaian tindakan berupa pengamatan suatu kejadian, munculnya permasalahan (ketidaktahuan/keingintahuan terhadap sesuatu yang diamati), hipotesis (dugaan jawaban sementara), percobaan pembuktian, pengolahan data dan penyusunan kesimpulan, yang dari akhir penyusunan kesimpulan tersebut dapat diketahui benar-tidaknya jawaban dari hipotesis tadi.

2. Langkah-langkah Metode Ilmiah
Para ilmuwan mempelajari gejala alam dan permasalahannya senantiasa menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu kegiatan penelitian objektif untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji ilmu pengetahuan. Kegiatan atau penelitian menggunakan metode ilmiah meliputi enam langkah berikut.
a. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dimulai dengan mengajukan pertanyaan apa (what), mengapa (why), di mana (where), kapan (when), dan bagaimana (how).
Barangkali di antara kita ada yang bertanya demikian: Apakah maksudnya dari masalah itu? Mengapa harus mencari dan menemukan masalah? Bagaimanakah caranya menemukan masalah untuk penelitian itu?
Terlebih dahulu perlu dibedakan pemahaman istilah atau kalimat dari ”mencari masalah”, yaitu ”mencari masalah” dalam arti (1) perbuatan mengganggu kepentingan orang lain sehingga cenderung menciptakan gangguan keamanan dan ketentraman bagi orang lain, dengan ”mencari masalah” dalam arti (2) menelusuri sesuatu yang belum diketahui sebab-akibatnya, sehingga jika ditanyakan kepada orang lain menyebabkan orang lain pun menyadari ketidaktahuannya sehingga perlu dipelajari dan diteliti. Yang kita maksudkan dalam penelitian dan metode ilmiah tentang mencari masalah tadi adalah (2) menelusuri sesuatu yang belum diketahui sebab-akibatnya, sehingga jika ditanyakan kepada orang lain menyebabkan orang lain pun menyadari ketidaktahuannya sehingga perlu dipelajari dan diteliti. Sebagai contoh masalah ”bersama” adalah fakta-fakta berikut ini:
a. Mengapa pada jam-jam tertentu ayam suka berkokok dan kejadiannya rutin?
b. Mengapa semut selalu berjalan beriring dan seperti bersalam-salaman dengan sesama?
c. Mengapa lalat lebih menyukai tempat yang kotor dari pada tempat yang bersih?
Jika kita tidak ada yang mengetahui jawabannya dengan benar, berarti pertanyaan dari fakta itu tersebut dapat dijadikan sebagai masalah, dan layak untuk diteliti sehingga dapat diperoleh jawabannya dengan benar berdasarkan data yang ada.
Ada pun cara menemukan masalah untuk penelitian adalah dapat dengan secara tak sengaja, misalnya pada saat menyendiri atau berjalan-jalan di suatu tempat, lalu mendapatkan suatu kejadian dan menarik perhatian untuk diketahui lebih dalam. Lalu dari keingintahuan tersebut selanjutnya dibuatlah pertanyaan yang mendorong ke tindakan penelitian. Selain itu dapat pula secara sengaja, misalnya ketika mendapat permasalahan pada waktu memanfaatkan atau berada di sekitar benda yang kemudian ditelitinya. Misalnya, seseorang memiliki sebuah televisi beukuran kecil (14 ”), kemudian tidak merasa puas karena baik gambar dan suaranya dirasakannya tidak memuaskan. Dengan adanya keberanian dan kemauan untuk mencoba mengubah dari ukuran gambar dan suara tv-nya yang kecil ke ukuran yang besar, maka dia kemudian menyusun rencana kerja untuk percobaannya.


b. Pengumpulan Informasi.
Seorang calon peneliti kemudian melakukan pengumpulan informasi dengan cara studi literatur (membaca dan mempelajari buku dan sumber informasi lainnya) berupa teori, konsep, keterangan atau hasil penelitian/pengamatan orang lain sebelumnya yang dapat membantu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya terdapat masalah: ”Apakah wabah penyakit di desa A disebabkan oleh lingkungan yang kotor?”. Dalam hal ini, calon peneliti harus mempelajari sekurang-kurangnya informasi tentang:
a. Apakah yang dimaksud dengan kata wabah itu?
b. Bagaimana wabah itu dapat muncul?
c. Apakah yang dimaksud dengan penyakit?
d. Bagaimanakah ciri-ciri penyakit yang ditemukan dalam masalah tersebut?
e. Berdasarkan ciri-cirinya, penyakit yang diamati tersebut sebenarnya penyakit apa?
f. Kondisi yang bagaimanakah yang dapat memunculkan penyakit tersebut?
g. Apa yang dimaksud dengan lingkungan itu?
fh Apa yang dimaksud dengan kotor?
i. Kondisi yang bagaimana yang dimaksud dengan kotor tersebut?
j. Hal apakah yang dapat dimunculkan dari kondisi kotor tersebut?
Kata-kata yang bercetak tebal pada pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan kata-kata penting yang harus lebih dahulu dipahami penjelasannya oleh si calon peneliti. Dalam istilah penelitian, kata-kata penting itu di sebut “Kata Kunci” atau ”Key-note”
Seorang calon peneliti wajib mengetahui dan mengumpulkan kata kunci dari pertanyaan atau permasalahannya sendiri sebelum dia melakukan pengkajian literaturnya. Dengan penentuan kata kunci itu seorang peneliti akan memiliki arah pencarian informasi yang khusus-tidak mengembang tak terarah, sehingga secara tidak langsung membatasi diri dalam membahas bahan penelitiannya. Sedangkan bagi pembaca atau penguji, penjelasan (definisi) kata kunci itulah yang akan terlebih dahulu ditanyakan kepada si peneliti tersebut manakala hasil penelitiannya dipublikasikan kepada umum. Oleh sebab itu pula dalam menentukan permasalahan, seorang calon peneliti tidak boleh mengunakan suatu kata atau istilah yang mana dia sendiri tidak mampu menjelaskannya kepada orang lain.

c. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara untuk permasalahan yang diajukan atau yang sedang dihadapi. Hipotesis bersifat teoritis.
Pada contoh perumpamaan, Martina berhipotesis (menjawab dengan jawaban hasil dugaan/perkiraan) bahwa penyakit itu mungkin disebabkan karena lingkungan desa yang kotor.
Pada dasarnya hipotesis merupakan serangkaian kalimat yang menjelaskan tentang faktor penyebab atau akibat sesuatu sehingga menimbulkan permasalahan.
Untuk memudahkan penentuan hipotesis, kita dapat menggunakan rumus kalimat sebab-akibat: ”Apakah jika..... maka ....?”, atau
”Apakah .... karena ...?” atau
”Apakah ... disebabkan oleh/menyebabkan .... ?”

Kalimat tersebut lalu dijawab dengan jawaban seolah-olah kita sudah tahu, misalnya: Ya (Positif), atau Bukan (Negatif). Selanjutnya setelah merasa yakin dengan jawaban Ya/Bukan tersebut, disusunlah menjadi suatu kalimat penjelasan, misalnya:
a. Ada hubungan antara .... dengan .....
b. Timbulnya .... adalah karena ....
c. Terjadinya .... disebabkan oleh faktor ....
d. Tidak ada hubungan antara .... dengan ....
e. Timbulnya ... bukan disebabkan oleh .....
Kalimat –kalimat a—e yang merupakan hipotesis inilah yang selanjutnya wajib dibuktikan kebenarannya, yaitu melalui percobaan (eksperimen) atau penelitian.

d. Melakukan Percobaan/Eksperimen/Uji-Coba
Dalam melakukan eksperimen, kita harus menentukan perlakuan-perlakuan tertentu. Dikenal dua macam perlakuan, yaitu perlakuan kontrol dan perlakuan yang bervariasi
(disebut juga variabel atau faktor penentu). Beberapa variabel dalam eksperimen dikenal sebagai berikut.
a) Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama dalam satu eksperimen.
b) Variabel terikat adalah variabel yang terjadi karena perlakuan variabel bebas.
c) Variabel terkontrol adalah variabel yang dibuat sama dalam suatu eksperimen.
d) Variabel pengganggu adalah variabel yang tidak diharapkan tetapi dapat mengganggu hasil percobaan. Variabel pengganggu ini harus diusahakan tidak ada.

Pada suatu penelitian yang membandingkan 2 atau lebih kondisi (sering dilakukan pada penelitian di bidang IPA), biasanya digunakan 2 atau lebih sampel (contoh perwakilan dari objek yang diteliti) yang diberi perlakuan yang berbeda. Sampel pertama misalnya dikenai variabel terkontrol (variabel kontrol), dan sampel kedua dikenai variabel bebas.
Sampel yang dikenai variabel kontrol akan diperlakukan secara alami (apa adanya seperti yang terjadi di lingkungan dan dianggap sebagai sesuatu yang normal) dan digunakan untuk pembanding terhadap sampel lain yang diberi perlakuan khusus, atau diberi variabel bebas.
Untuk lebih jelasnya, simaklah contoh materi penelitian berikut.
Judul penelitian: Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan kacang tanah.
Peneliti akan menyediakan 2 sampel kacang tanah yang ditanam pada dua wadah/tempat yang berbeda.
a) Sampel pertama, diberi variabel kontrol, yaitu segala kondisi alami.
Kacang tanah pada sampel ini akan dibiarkan tumbuh pada tempat yang dikenai sinar matahari sebagaimana kacang tanah yang biasa di tanam oleh petani pada umumnya.
b) Sampel kedua, diberi perlakuan khusus, yaitu kacang tanahnya ditanam di tempat yang tidak dikenai pengaruh sinar matahari (di tempat yang gelap). Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui pengaruh sinar matahari. Pada sampel ini, kacang tanah diberi variabel bebas, yaitu sinar matahari. Sedangkan variabel kontrolnya adalah segala sesuatu yang sama dengan pada sampel pertama selain sinar matahari, misalnya sama-sama disiram (diberi air), dipupuk, jenis dan pH tanahnya sama.
Ada pun yang disebut variabel terikat pada contoh penelitian ini adalah pertumbuhan dari kacang tanah. Artinya apa yang terjadi pada pertumbuhan kacang tanah terikat (bergantung kepada) pengaruh sinar matahari (variabel bebasnya). Sedangkan yang dimaksud dengan variabel pengganggu, misalnya kondisi cuaca (cerah atau mendung), ada-tidaknya penyakit atau gangguan fisik terhadap kacang tanah yang diteliti yang kesemuanya juga turut mempengaruhi pertumbuhan kacang tanah selain dipengaruhi oleh sinar matahari.
Untuk lebih mudahnya memahami hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, simaklah persamaan matematika berikut: y = 2x. Dari persamaan ini dapat kita ketahui bahwa nilai y tergantung kepada nilai x. Simbol y adalah perumpamaan untuk pertumbuhan kacang tanahnya, sedangkan x sebagai sinar mataharinya.
Selama pengamatannya, peneliti akan (harus) mengamati kondisi apa yang terjadi pada masing-masing sampel tersebut.
Setelah diperoleh data, misalnya ternyata pertumbuhan kacang tanah dari kedua sampel itu berbeda, maka peneliti akan mempelajari dan meneliti sebab-sebab perbedaan tersebut dengan menitikberatkan kepada sinar matahari dan segala sesuatu yang ada pada kacang tanah. Misalnya, mengapa sinar matahari dapat menimbulkan kondisi tersebut?, Faktor apa yang dipengaruhi oleh sinar matahari terhadap kacang tanah itu? Semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu nantinya menjadi materi bahasan dalam pengolahan data. Oleh sebab itu pula isi materi bahasan laporan penelitian sangat bergantung kepada data hasil pengamatan/ penelitian.
Dalam merancang suatu eksperimen, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Memilih, merencanakan dan menyusun cara-cara melakukan pekerjaan pengamatan/ penelitian. Susun langkah-langkah kegiatan pengamatannya secara rinci, jelas dan berurutan. Cara kerja yang rinci dapat mempermudah kejelasan tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan itu dilakukan. Kejelasan maksud perintah atau petunjuk kerja akan memberikan kemudahan dalam ketepatan melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan, tidak salah paham. Dan keruntutan urutan cara kerja dapat menentukan hasil akhir dari pekerjaan.
b) Memilih alat dan bahan yang tepat. Makna tepat di sini adalah sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran alat yang digunakan (tidak berlebihan atau terlalu sederhana). Misalnya untuk menimbang berat benda dalam satuan kilogram akan lebih tepat menggunakan timbangan dalam satuan kilogram seperti timbangan untuk barang belanjaan di toko-toko (lebih tepat lagi dengan timbangan khusus yang biasa digunakan di laboratorium), dan akan tidak cocok jika menggunakan timbangan untuk emas yang mengukur dalam satuan gram atau miligram. Demikian pula dalam menggunaan bahan, bila dalam penelitian tidak dituntut (menjadi syarat wajib) bahan yang murni-yang biasanya lebih sulit didapat dan harganya mahal-maka tidak salah jika menggunakan bahan yang lebih mudah didapat dan lebih murah. Misalnya dalam penggunaan air, jika dalam percobaan tidak disyaratkan menggunakan air murni (akuades), maka kita dibenarkan dalam penggunaan air tersebut misalnya dengan menggunakan air hujan atau air bersih lainnya.
Ada pun syarat-syarat penggunaan alat dan bahan serta cara kerja penelitian tersebut harus memenuhi kriteria berikut:
1) Valid (sah, sahih, benar): benar dalam penggunaan alat dan bahan serta cara kerjanya.
Seperti contoh penggunaan timbangan di atas. Yaitu untuk mengetahui berat suatu benda, bukanlah dengn mergangkatnya dengan tangan, lalu dirasakan berat-ringannya, melainkan harus menggunakan alat ukur berat, yaitu timbangan. Dan dalam menentukan timbangan pun masih perlu lagi diperhatikan unsur ketepatan dan kecocokannya, karena harus memperhatikan faktor ketelitiannya, semakin teliti, semakin sahih. Demikian pula misalnya dalam cara menimbang benda yang ditimbang adalah sebagaimana orang lain menimbang, yaitu meletakkan benda pada timbangan, kemudian diperhatikan kesetimbangannya dan diketahui (dicatat) bilangan yang ditunjukkan pada timbangannya. Bukan dengan cara meletakkan benda pada timbangan, lalu diperhatikan kecondongan/turunnya salah satu lengan timbangan. Jika demikian, berat benda tidak akan diketahui dengan benar. Cara demikian dikatakan cara penimbangan benda yang tidak valid (invalid, cacat).
Beberapa contoh lainnya:
a) Valid:
- Untuk mengukur luas lapangan bola digunakan meteran gulung yang panjang pitanya 100 m atau 1000 m.
- Untuk melihat bentuk bakteri digunakan mikroskop.
- Untuk mengukur diameter sebatang jarum digunakan mikrometer sekrup.
- Untuk menanyakan informasi tentang luas wilayah suatu desa mencari informasinya ke kantor Kecamatan.
b) Tidak valid
- Untuk mengukur luas lapangan bola digunakan mistar plastik yang panjangnya 30 cm.
- Untuk melihat bentuk bakteri digunakan kaca pembesar (loup).
- Untuk mengukur diameter sebatang jarum digunakan mistar bersatuan milimeter.
- Untuk Untuk menanyakan informasi tentang luas wilayah suatu desa mencari informasinya ke kantor polisi
Dari contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang perlu diperhatikan validitas (kesahihan) dalam penelitian itu adalah valid (sahih) dalam menggunakan alat, bahan dan cara kerjanya. Demikian pula dalam menentukan informasi (bahan referensi). Kita perlu memperhatikan kapasitas seseorang (jika manusia, jika melalui wawancara atau angket), perlu diperhatiakn latar belakang pengetahuannya, jabatannya, atau keterkaitannya dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Sedangkan terhadap media, misalnya buku, karya tulis ilmiah, internet, surat kabar, dan yang sejenisnya, perlu diperhatikan antara lain: tahun penerbitannya (semakin baru semakin baik, biasanya 5 tahun ke bawah), sera lembaga atau organisasi apa yang mempublikasikannya.

2) Logis (sesuai daya nalar, masuk akal)
Segala sesuatu yang dilibatkan dan dikerjakan dalam percobaan harus bersifat logis (masuk akal). Biasanya sesuatu yang valid akan logis. Tetapi sesuatu yang logis belum tentu valid, karena mempertimbangkan efektifitas dan ketepatan. Misalnya dalam pengukuran luas lapangan bola yang menggunakan mistar yang panjangnya 30 cm. Fungsi mistar adalah untuk mengukur panjang suatu benda (logis), tetapi tidak valid (tidak sah) karena dengan menggunakan mistar tersebut akan dihasilkan faktor kesalahan pengukuran yang lebih besar.
Terutama dalam penyusunan urutan kerja dalam percobaan, atau pada saat pengolahan data, seringkali terjadi kesalahan penempatan urutan pengerjaan sesuatu (urutan kerja). Akibat dari kesalahan ini dapat menimbulkan kondisi tidak logis (tidak masuk akal), atau setidak-tidaknya mempengaruhi mutu hasil pekerjaan seandainya dari serangkaian cara kerja itu diubah dan menghasilkan sesuatu yang mutunya/hasilnya berbeda. Pada kondisi seperti ini, perlu diperhatkan, urutan kerja mana yang lebih logis dari pada urutan kerja lainnya. Misalnya, mana yang harus lebih dulu dikerjakan agar hasil yang diperoleh lebih sesuai dengan kebutuhan dari pada cara kerja yang sudah ada.
Dalam operasi hitungan matematika, bagian mana yang harus dikerjakan lebih dahulu agar nilai x-nya benar?.
Misalnya pada persamaan: x=((1+1)-1)+((1+1)+1+1+(1+1))).
Jawab: Jika mengabaikan fungsi tanda kurung: x=1+1-1+1+1+1+1+1+1  x=5
Jika memperhatikan fungsi tanda kurung: x=((1+1)-1)+((1+1)+1+1+(1+1))).
x=((2)-1)+((2)+1+1+(2))) = x=((1)+((2)+2+(2))).
x=((1)+(6)).
x=7.
Kesimpulannya: Karena cara pengerjaannya berbeda, maka hasil akhir pekerjaannya juga berbeda.
3) Measurable (Terukur, Dapat Diukur)
Segala sesuatu yang diteliti, atau setiap bahan yang diteliti dalam percobaan harus menghasilkan data hasil pengukuran, baik secara kualitatif (baik, buruk, kecil, besar, sedikit, banyak, dan sejenisnya) atau secara kuantitatif yang dinyatakan dalam nilai bilangan dan satuan tertentu. Misalnya untuk berat: 10 mg, panjang: 10 cm, volume: 10 cm3.
Sesuatu yang tidak dapat diukur, atau tidak dapat dinyatakan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif tidak dapat dibawa ke dalam kegiatan penelitian. Dalam hal ini pula terdapat suatu ketentuan, selama sesuatu itu dapat dinyatakan atau diubah (dikonversi) ke nila kuantitatif (dinyatakan dalam bentuk nilai angka), maka harus diupayakan dalam bentuk nilai angka. Misalnya dinyatakan dengan kata ”Banyak”, maka banyak tersebut seberapa banyak? Berapa jumlahnya sehingga dapat dinyatakan banyak? Dalam hal ini harus ada ketentuan batasan, misalnya jika jumlah benda di atas 1000 buah, maka dinyatakan banyak, sehingga bila dikonversi dalam bentuk rumus misalnya dapat dinyatakan sebagai x>1000. Demikian pula untuk kata-kata lainnya yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian tersebut.

4) Reliable (Dapat dipercaya, tepat, akurat)
Antara sifat “reliabel” dengan “valid” adalah sangat mirip. Kembali ke tentang contoh timbangan. Dimisalkan terdapat benda yang apabila ditimbang misalnya beratnya :
10 kg atau jika lebih telitinya dapat dinyatakan seberat 10,10 kg.
4.1. Keakuratan cara kerja.
Jika terdapat ketentuan bahwa berat benda tersebut boleh dinyatakan dalam satuan terbesar saja (Mialnya di sini dalam satuan kg) dan jika kurang atau lebih sedikit saja masih dianggap benar. Maka jika untuk menyatakan berat sebuah bahan kimia mungkin dapat dinyatakan dengan 10 kg saja, jika ternyata kelebihan beratnya atau kurang sedikit (tidak tepat 10 kg) tidak mempengaruhi hasil akhir penelitian. Tetapi jika terdapat ketentuan yang menuntut keteliian tinggi karena nilia beratnya menentukan hasil akhir penelitian, maka beratnya bahan kimia tadi harus diukur seteliti mungkin sesuai dengan kemampuan alat timbangan yang digunakan. Sehingga jika berat bahan kimia tadi dinyatakan sebagai 10 kg saja, maka dapat saja dinyatakan salah karena tidak reliabel, karena setelah diukur ternyata berat bahan kimia tersebut tepatnya adalah 10,10 kg.
4.2. Keakuratan alat.
Jika berat benda (bahan kimia) tersebut harus dapat dinyatakan hingga satuan terkecil karena dituntut tingkat ketelitian tertinggi, maka :
a. Jika timbangan untuk mengukur berat benda tersebut hanya mampu sampai satuan kg saja (Misalnya timbangan untuk jual beli bahan sembako di toko/warung), maka timbangan tesebut tidak akurat/reliable untuk menimbang berat benda tadi karena tidak dapat menghitung hingga ke satuan miligram.
b. Jika timbangan untuk mengukur berat benda tersebut memiliki kemampuan untuk berat sampai satuan mg (Misalnya timbangan untuk emas di toko emas), maka timbangan tesebut cukup akurat/reliable untuk menimbang berat benda tadi.
Oleh sebab itulah dalam melakukan suatu peneltian, penentuan alat yang disebut alat terbaik bukanlah berarti alat terbaru atau alat paling bagus dari segi model atau bentuk, melainkan alat yang paling mampu memenuhi tuntutan dalam penelitian tersebut.

e. Analisis Data
Analisis artinya diuraikan, atau penguraian sesuatu yang besar atau rumit menjadi sesuatu yang lebih kecil atau lebih sederhana.
Data yang diperoleh dari hasil eksperimen kemudian harus dapat dibahas secara rinci dan dijelaskan hubungannya dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Data tersebut harus diolah dalam bentuk hasil perhitungan matematis atau kajian ilmu tertentu misalnya disesuaikan dengan hukum, teori, postulat, atau pernyataan tertentu dari ilmu yang bersesuaian dengan bahan penelitian yang dilakukan.
Agar lebih mudah dipelajari dan diamati oleh pihak lain, maka hasil pengolahan data tersebut sebaiknya disajikan dalam bentuk kesimpulan atau uraian singkat, tabel, grafik, atau diagram. Selanjutnya hasil pengolahan data tersebut dibandingkan dengan teori, fakta, dan konsep yang ada dalam studi literatur.

f. Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan harus mengacu pada tujuan eksperimen. Ada dua kemungkinan yang ada dalam kesimpulan, yaitu kemungkinan hipotesis diterima dan kemungkinan hipotesis ditolak. Hipotesis dinyatakan diterima jika pernyataan pada hipotesis itu ternyata cocok dengan hasil pengolahan data (sesuai). Dan hipotesis dinyatakan ditolak jika pernyataan pada hipotesis tersebut tidak terbukti karena tidak sesuai dengan hasil pengolahan data.
Perhatikan contoh kejadian berikut ini.
a. Judul Penelitian: Pengaruh Air Limbah Sabun terhadap Perkembangbiakan Ikan Lele.
b. Hipotesis : Air sabun dapat menurunkan kemampuan perkembangbiakan ikan lele.
Setelah dilakukan uji coba, ternyata air sabun dapat menyebabkan ikan lele keracunan dan kesulitan untuk berkembang-biak. Jika demikian berarti hipotesisnya sesuai dengan hasil penelitian. Dengan demikian hipotesis tersebut diterima.

Facebook | Smansa Mempawah Hulu Mungkin menuju ke arah pengembangan dan kemajuan: Untuk kegiatan pengembangan diri, SMAN1 MPW HL melaksanakan kegiatan Pramuka dlm rangka Peningkatan Wawasan Kebangsaan, dan Kesenian dlm rangka Cinta Tanah Air dan Pengenalan Seni Budaya. Ada yang ingin memberi saran? Suka? Tidak Suka?

Facebook | Smansa Mempawah Hulu Mungkin menuju ke arah pengembangan dan kemajuan: Untuk kegiatan pengembangan diri, SMAN1 MPW HL melaksanakan kegiatan Pramuka dlm rangka Peningkatan Wawasan Kebangsaan, dan Kesenian dlm rangka Cinta Tanah Air dan Pengenalan Seni Budaya. Ada yang ingin memberi saran? Suka? Tidak Suka?: "- Sent using Google Toolbar"